Jumat, 26 Agustus 2016

ILMU BAYAN

Ilmu Bayan secara etimologi berarti penyingkapan, penjelasan dan keterangan. Sedangkan secara terminologi, Ilmu Bayân berarti  dasar dan kaidah-kaidah yang menjelaskan keinginan tercapainya satu makna dengan bermacam-macam metode (gaya bahasa), bertujuan menjelaskan rasionalitas semantis dari makna tersebut. Ilmu ini meliputi; Tasybih, Hakikat, Majas dan Kinayah.

1) Al-Tasybih (Perbandingan atau Penyerupaan )
Tasybih ialah perbandingan atau perumpamaan kata dengan kata lain. Secara etimologis Tasybih bermakna tamsil yang berarti ‘Perumpamaan’ atau ‘Penyerupaan’. Sedangkan Tasybih menurut ahli ilmu bayan adalah suatu istilah yang di dalamnya terdapat pengertian penyerupaan atau perserikatan antara dua perkara (Musyabah dan Musyabah bih). Perserikatan tersebut terjadi pada suatu makna ( wajh al-syibh) dan dengan mengunakan sebuah alat (adat Tasybih).
Tasybih termasuk uslub bayan yang di dalamnya terdapat penjelasan dan perumpamaan. Tasybih merupakan langkah awal untuk menjelaskan suatu makna dan sarana untuk menjelaskan sifat. Dengan Tasybih maka kita dapat menambah ketinggian makna dan kejelasannya serta juga dapat membuat makna tampak lebih indah dan bermutu.
Unsur-Unsur Tasybih
1. Musyabah, yaitu sesuatu yang hendak diserupakan
2. Musyabah bih, sesuatu yang diserupai. Kedua unsur ini disebut Thorafai Tasybih (kedua pihak yang diserupakan)
3. Wajh al-Syibh, yaitu sifat yang terdapat pada kedua pihak itu
4. Adat al-Tasybih, yaitu huruf atau kata yang digunakan untuk menyatakan penyerupaan
Tujuan Tasybih
Secara umum tujuan tasybih ialah untuk menjadikan suatu sifat lebih mudah diindera. Adapun secara terperinci tujuan-tujuan tasybih ialah :
1) Bayaan miqdaar al-shifat (menjelaskan kualitas sifat)
2) Taqriir al-shifat (meneguhkan sifat)
3) Tahsiin al-musyabbah (memperindah musyabbah)
4) Taqbiih al-musyabbah (memperburuk musyabbah)
5) Tashwiir al-musyabbah bi shuurah al-thariifah
6) Itsbaat qadhiyyah al-musyabbah
            Macam-Macam Tasybih
1) Tasybih mursal adalah tasybih yang disebut adat tasybihnya
Contoh :
سرنا في ليل بهيم كانه البحر ضلا ما و ارهابا
“Aku berjalan pada suatu malam yang gelap dan menakutkan, bagaikan berjalan di tengah laut”
2) Tasybih Muakkad adalah tasybih yang dibuang adat tasybihnya. 
Contoh:
الجواد في السر عة برق خا طف
“Kecepatan kuda balap itu bagaikan kilat yang menyambar”
3) Tasybih Mujmal adalah tasybih yang dibuang wajah syibehnya.
Contoh
وكانن الشمس المنيرة دينا ر جلته حدائد الضراب
“Matahari yang bersinar itu sungguh bagaikan dinar (uang logam) yang tampak kuning cemerlang berkat tempaan besi cetakanny”
4) Tasybih mufashal adalah tasybih yang disebut wajah syibehnya
Contoh :
انت نجم في رفعة وضياء تجتليك العيون شرقاوغربا
“Kedudukan yang tinggi dan kemasyhuran bagaikan binatang yang tinggi lagi bercahaya. Semua mata baik di belahan timur maupun barat menatap arahmu”
5)  Tasybih baligh adalah tasybih yang dibuang alat tasybihnya dan wajah syibehnya. 
Contoh :
اين ازمعت ايهذا الهما نحن نبت الربا و انت الغمام
“Ke manakah tuan hendak menuju, wahai raja pemurah? Kami adalah tumbuh-tumbuhan pegunungan dan tuan adalah mendung”
6) Tasybih Tamtsil adalah tasybih bila wajah syibehnya berupa gambaran yang dirangkai dari keadaan beberapa hal dan disebut tasybih ghair tamtsil bila wajah syibehnya tidak demikian. 
Contoh :
قدانقضت دولة الصيام وقد بشرسقمالهلال با العيد يتلو الثريا كفااغر شره يفتح فاهررلاكل عنقود
“Telah berakhir masa kekuasaan puasa, dan kesakitan bulan sabit telah menyampaikan berita gembira datangnya hari raya, bulan sabit itu mendekati gunung suraya seperti orang rakus yang membuka mulutnya untuk memakan anggur”
7) Tasybih Dhimni adalah tasybih yang kedua tharafnya tidak dirangkai dalambentuk tasybih yang kita kenal, melainkan keduanya hanya berdampingan dalam susunan kalimat. Tasybih jenis ini didatangkan untuk menunjukkan bahwa hukum (makna) yang disandarkan kepada musyabbah itu mungkin adanya. 
Contoh :
كرم تبين في كلا مك ما ثلا و يبين عتق الخيل من اصواتها
“Dalam pembicaraanmu terkesan kebangsawananmu karena kuda yang istimewa itu dapat diketahui melalui ringkikannya”

2) Al-Hakiki (Makna yang Sebenarnya)
Secara harfiyah : Makna yang selayaknya atau yang sebenarnya.
Menurut Istilah ilmu retorika : Kata yang dipakai dalam kalimat menurut arti yang sebenarnya.
Contoh al-Hakiki: “Ahmad membaca buku”
3) Al-Mazaji (Makna Kiyasan)
Majâz secara etimologi terbentuk dari kata jâza al-syai’ yajûzuhu (melampaui sesuatu). Sedangkan secara terminologi, majâz menurut al-Jurjani berarti nominal yang dimaksudkan untuk menunjuk sesuatu yang bukan makna tekstual, karena adanya kecocokan antara keduanya (makna tekstual dan kontekstual).
Majâz ada dua macam, yaitu:
a. Majâz Lughawi
Majâz Lughawi adalah ujaran yang digunakan untuk menunjuk sesuatu diluar makna tekstual (dalam istilah percakapan) karena adanya korelasi (dengan makna kiasan). Dengan adanya indikasi yang melarang pemaknaan asli (tekstual). Majâz Lughawi dibagi lagi menjadi dua macam: Isti’ârah dan Majâz Mursal.
1) Isti’ârah
Istiârah adalah majâz dimana hubungan antara makna asli dengan makna kiasan bersifat hubungan ke-serupa-an. Isti’ârah dilihat dari segi penyebutan musyabbah danmusyabbah bih-nya dibagi lagi menjadi dua macam :
a)      Al-Isti’ârah al-Tashrihiyyah: adalah isti’ârah yang diutarakan dengan tetap menyebutkan kata-kata musyabbah bih-nya, contoh:
وأقبل يمشى فى البساط فما درى * إلى البحر يسعى أم إلى البدر يرتقى
b)     Al-Isti’arah al-Makniyyah: adalah isti’ârah yang dibuang musyabbah bih-nya dan digantikan dengan sesuatu yang lazim dengan itu, contoh:
وإذا المنية أنشبت أطفارها *   ألفيت كل تميمة لا تنفع
Dilihat dari segi pengambilan kata-kata yang dijadikan isti’ârah, isti’ârah ada dua macam, yaitu:
a)      Isti’ârah Ashliyyah : yaitu isti’ârah yang mana kata-kata isti’arah-nya berasal dari ism jins (generik noun: kumpulan noun berupa sesuatu non-personal), contoh:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (إبراهيم: 1)
b)     Isti’ârah Taba’iyyah: yaitu isti’ârah yang kata-kata isti’arah-nya diambil dariisim, fiil ataupun huruf, contoh:
وَلأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ وَأَبْقَى (طه:71)
Dilihat dari pengkiasan musyabbah dan musyabbah bih-nya, isti’arah dibagi menjadi tiga macam:
a.       Al-Isti’arah al-Murasysyahah: yaitu isti’ârah yang disebutkan pengkiasan pada musyabbah bih-nya, contoh:
أُولَـئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوا الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَت تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (البقرة: 16)
b.      Al-isti’ârah al-Mujarradah: yaitu isti’ârah yang disebutkan pengkiasan padamusyabbah-nya, contoh:
وليلة مرضت من كل ناحية * فما يضئ لـها نجم ولا قمر
c)      Al-Isti’ârah al-Muthlaqah: yakni isti’ârah yang tidak disebutkan pengkiasan pasa musyabbah dan musyabbah bih-nya, ataupun disebutkan keduanya secara bersamaan, contoh:
الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَآأَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (البقرة: 27)
2) Majâz Mursal
Majâz Mursal adalah majâz dimana hubungan pemaknaannya tidak bersifat ke-serupa-an. Majâz mursal dilihat dari segi pengkiasannya dibagi ke dalam beberapa bentuk, diantaranya[30]:
a)       As-Sababiyyah , contoh:
له أياد علي سابغة  *  أعد منها ولا أعددها (المتنبى)
b)      Al-Musabbabiyyah, contoh:
فمن شهد منكم الشهر فليصمه (الآية)
c)       Al-Kulliyah, contoh:
يقولون بأفواههم ما ليس في قلوبهم (الآية)
d)      Al-Juz`iyyah, contoh:
فرجعنك إلى أمك تقر عينها ولا تحزن (الآية)
e)       I’tibâr mâ kâna, contoh:
وآتو اليتامى أموالـهم (الآية)
f)       I’tibâr mâ yakûnu, contoh:
إني أرني أعصر خمرا  (الآية)
g)      Al-Hâliyah, contoh :
واسأل القرية التى كنا فيها (الآية)
h)      Al-Mahalliyah, contoh:
وأما الذين ابيضت وجوههم ففى رحمة الله (الآية)
b. Majâz ‘Aqli
Majâz ‘aqli adalah majâz yang menyandarkan fi’il (verb) atau sejenisnya bukan kepada pemaknaan yang sebenarnya karena adanya indikasi yang melarang pemakmaan yang sebenarnya (tekstual)[31]. Ada beberapa model hubungan pengkiasan dalam majâz ‘aqli, diantaranya:
1)      Hubungan sebab akibat,  contoh:
وإذا تليت عليهم آياته زدتهم إيمانا
2)       Hubungan waktu, contoh:
يوما يجعل الولدان شيبا
3)      Hubungan tempat, contoh:
وجعلنا الأنهار تجرى من تحتهم
 4) Al-Kinayah (Kata Atau Kalimat Sindiran)
Kinâyah secara etimologi adalah sesuatu  yang dibicarakan oleh seseorang namun maksudnya lain. Secara terminologi, kinâyah berarti ujaran yang dimaksudkan bukan untuk makna sesungguhnya, namun diperbolehkan menggunaan makna sesungguhnya karena tidak adanya indikasi yang melarang keinginan pemaknaan haqiqî. Sedangkan datangnya kinayah untuk :
1. Menentukan sifat untuk mausuf
Contoh: الكرم بين برديه = Kemuliaan antara dua baju dinginnya.
Maksudnya: Menentukan orang tertentu dengan keagungan dan kemuliaan.
1.    Untuk menentukan dzat mausuf.
Contoh : جاء المضياف = Telah datang tukang menjamu. Yang dimaksud adalah Zaid yang sering menjamu tamu, sehingga seolah-olah hanya zaid lah yang tukang menjamu tamu. 
2.    Untuk menentukan dzat sifat
Contoh :كثير الرماد = Kinayah bagi tukang menjamu tamu.
Secara harfiyah : Sindiran atau menyebutkan sesuatu perkataan dengan maksud yang lain.
Menurut Istilah ilmu retorika : Lafazh yang diucapkan atau digunakan dan dimaksudkan dengan pengertiannya yang lain serta boleh pula pengertian yang sebenarnya.

Contoh al-Kinayah : “Si Pulanah jauh tempat jatuh anting-antingnya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar